Sejarah Tondano tidak bisa dilepaskan dari kisah heroik Perang Minahasa melawan Belanda di akhir abad ke-18. Perang Tondano menjadi salah satu perlawanan terbesar rakyat Minahasa terhadap kolonialisme, menunjukkan keberanian dalam mempertahankan tanah leluhur dan identitas budaya.
Latar Belakang Perang Tondano
Pada abad ke-17 dan 18, Belanda melalui VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) semakin memperluas pengaruhnya di Sulawesi Utara. Mereka menuntut rakyat Minahasa untuk membayar pajak dan menyerahkan hasil bumi, khususnya beras, untuk kepentingan kolonial.
Tekanan ekonomi dan politik ini menimbulkan perlawanan rakyat Minahasa, terutama dari kawasan sekitar Danau Tondano.
Menurut Kompas, Perang Tondano pertama terjadi pada tahun 1644, disusul perlawanan besar kedua pada tahun 1808–1809.
(Baca juga: Waruga Minahasa: Misteri Makam Batu Kuno Sulawesi Utara)
Jalannya Perang Tondano
Rakyat Minahasa bersatu menghadapi Belanda dengan senjata tradisional seperti tombak, pedang, dan panah beracun. Pertempuran sengit terjadi di sekitar Danau Tondano yang saat itu menjadi basis pertahanan rakyat.
Perang Tondano II (1808–1809) berlangsung lebih lama dan heroik. Belanda mengerahkan pasukan besar, namun perlawanan rakyat Minahasa membuat mereka kewalahan. Akhirnya, Belanda berhasil menang dengan menghancurkan benteng-benteng rakyat dan melakukan represif.
Tokoh-Tokoh Perlawanan
Beberapa tokoh lokal tampil sebagai pemimpin perlawanan dalam Sejarah Tondano, di antaranya:
- Ruru Ares: pemimpin rakyat Tondano yang dikenal gigih melawan Belanda.
- Waranei Minahasa: prajurit-prajurit Minahasa yang berperan sebagai garda depan perang.
Meskipun kalah, perjuangan mereka dikenang sebagai simbol keberanian masyarakat Minahasa.
Dampak Perang Tondano
Kekalahan dalam Perang Tondano membuat rakyat Minahasa kehilangan banyak nyawa dan harta benda. Namun, perang ini meninggalkan warisan berupa semangat perlawanan dan persatuan.
Belanda kemudian memperkuat kekuasaan di Minahasa, tetapi identitas dan kebanggaan Minahasa tetap terjaga hingga kini.
Tondano di Era Modern
Kini, Tondano dikenal sebagai kota yang damai, sekaligus pusat pendidikan dan budaya Minahasa. Danau Tondano yang dulu menjadi saksi pertempuran, kini menjadi destinasi wisata yang indah.
Perang Tondano selalu dikenang melalui tradisi lisan, peringatan budaya, dan simbol perjuangan rakyat Minahasa.
Kesimpulan
Sejarah Tondano melalui Perang Minahasa melawan Belanda adalah kisah tentang keberanian rakyat mempertahankan tanah air. Meskipun kalah secara militer, semangat perlawanan ini menjadi bagian penting dari identitas Minahasa hingga kini.








